Senin, 06 November 2017

Mendidik Dengan Hati

Mendidik Dengan Hati

Untuk mengangkat kembali kehormatan guru, langkah pertama adalah 'melarang sembarangan orang menjadi guru' (Fita Nur Arifah : 2016)

Ujaran itu cukup membuat kita terhenyak. Membatasi orang jadi guru adalah hal riskan. Disisi lain kita membutuhkan guru yang berkualitas, dilain sisi kita membutuhkan sumber daya manusia (SDM) guru dalam jumlah yang banyak. Mengingat, banyak sekolah dipelosok yang masih kekurangan guru. Terutama di daerah terdepan, terluar dan tertinggal (3T).

Jika kita menengok guru negara maju semisal Jepang atau Finlandia, yang mensyaratkan kualifikasi tinggi, sehingga tidak sembarangan orang jadi guru.

Profesionalisme menjadi masalah serius dalam dunia pendidikan kita. Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, ada empat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru. Pertama,  kompetensi pedagogik yang meliputi kemampuan memahami karakter siswa, memahami latar belakang keluarga siswa, memahami cara belajar siswa, dan mengembangkan potensi siswa.

Kedua, kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa yang dapat menjadi teladan bagi peserta didik.

Ketiga, kompetensi profesional yaitu penguasaan materi pembelajaran secata luas dan mendalam sehingga guru dapat membimbing siswa memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan. Kompetensi ini meliputi pemahaman tentang materi ajar, mampu mengembangkan kurikulum dan aktivitas belajar mengajar secara kreatif dan inovatif, dan mampu menilai serta memperbaiki pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas.

Keempat, kompetensi sosial yaitu kemampuan pendidik berkomunikasi dan bergaul dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali, dan masyarakat sekitar.


Penyusunan kompetensi tersebut sudah dilakukan, dan proses membuatnya mudah. Hal yang tersulit adalah bagaimana merealisasikannya. Nyaris tidak ada guru yang 100 % memiliki keempat kompetensi secara sempurna.

Dalam beberapa kesempatan pelatihan guru, kebanyakan guru mengeluhkan administratif yang ribet. Meskipun itu adalah standar bagi seorang guru misalnya Rencana Perangkat Pembelajaran (RPP) yang menurut banyak pengawas sekolah adalah perangkat administratif dasar yang harus dipenuhi oleh seorang guru. Tapi tak urung pembuatan RPP menjadi hal yang memberatkan bagi guru. Pada akhirnya banyak guru yang hanya memodifikasi atau copy paste RPP yang diunduh dari internet.

Guru yang biasa-biasa saja menceritakan. Guru yang baik menjelaskan. Guru yang unggul mendemonstrasikan. Guru yang sangat luar biasa itu mengilhami (William Arthur Ward).

Jika harus memilih, maka jadilah guru yang m
enginspirasi. Negeri kita tidak kekurangan orang pintar (akademinya), tapi negeri kita kekurangan orang benar (akhlaknya).

Guru yang tidak hanya mentranfer pengetahuan tetapi juga guru yang memunculkan optimisme, semangat, dan kebahagiaan pada siswa. Guru yang bukan hanya mengajarkan 'tahu apa' , tetapi juga mengajarkan 'bisa apa'.

Sekolah dihadapkan pada sebuah kondisi pelik. Guru dituntut untuk membuat siswa berprestasi dan berhasil. Saay guru berhasil mengantarkan siswa meraih prestasi, guru sepi dari apresiasi. Namun jika siswa gagal, guru disorot karena kegagalan itu.

Guru memang orang bukan orang hebat, tapi semua orang hebat adalah berkat guru (anonim). Banyak orang hebat karena hasil didikan guru. Menjadi  pejabat, pemimpin daerah, dan kepala negara sekalipun karena jasa guru yang memberi ilmu dan pengetahuan. Orang menjadi baik karena peran guru.

Peran guru sangat penting dalam mengarahkan jalan hidup seseorang. Sebab benar atau salah ilmu yang diajarkan sangat ada kebaikan dan keburukan yang ditimbulkan. Seorang anak yang mendapat ilmu yang salah dapat menghilangkan nyawa sepuluh, ratusan hingga ribuan nyawa manusia. Jika seorang anak dididik ilmu yang menyesatkan bisa jadi anak itu akan menyesatkan orang lebih banyak lagi.

Mendidik dengan hati artinya memberikan yang terbaik untuk siswa. Sebagai mana sang guru ingin diperlakukan dengan baik pula. Menghargai siswa sebagaimana guru ingin dihargai.

Mendidik dengan hati adalah memperlakukan siswa seperti memperlakukan anak sendiri yang penuh kasih sayang, bahkan lebih baik lagi.

Mendidik dengan hati ibarat sedang berdakwah. Menyeru kepada kebaikan. Mendakwahi orang kadang berbalas sinis, penolakan, cacian dan pukulan. Lalu apakah kita dendam dengan respon itu? Tentu tidak. Terpenting adalah usaha yang kita lakukan. Tidak ada yang sia-sia dalam dakwah kita, pasti berbalas pahala.

Boleh jadi dalam proses mendidik itu
Gagal pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Namun guru sejati pantang menyerah. Ikhlas mengalokasikan waktu, tenaga, dan materi demi kebaikan siswa. Selalu berharap kebaikan untuk siswa. Kalau bukan pada satu kesempatan, mungkin dikesempatan lain. Mengakui fitrah potensinya supaya terus tumbuh dan berkembang.

Sabar atas kenakalan siswa. Memilih mengalah memendam amarah. Dan bila pun marah, secukupnya dan sewajarnya. Tidak main fisik atau melukai. Tidak pula mengata-ngatai yang membuat hatinya tersakiti. Itu pun dalam rangka memberikan penyadaran kepadanya.

Munif Chatib dalam bukunya Gurunya Manusia mengelompokkan ada tiga jenis guru. Pertama, guru robot, yaitu guru yang bekerja persis seperti robot. Mereka hanya masuk kelas, mengajar, dan pulang. Mereka hanya peduli dengan menyampaikan materi, dan tidak peduli dengan urusan siswa.
Kedua, guru matrealistis, yaitu guru yang selalu melakukan perhitungan mirip dengan aktivitas jual beli. Parahnya, yang jadi patokan adalah hak dulu yang harus diterima baru melakukan kewajiban sesuai hak yang mereka terima. Ketiga, gurunya manusia, yaitu guru yang mempunyai keikhlasan dalam mengajar dan belajar. Guru yang mau meluangkan waktu untuk belajar, sebab mereka sadar bahwa profesi guru tidak boleh berhenti belajar.

Dengan tidak meminggirkan nilai akademik yang saat ini masih menjadi incaran sebagian besar orang tua memilihkan sekolah, ada hal yang tidak kalah pentingnya menjadi perhatian guru yaitu karakter. Semangat juang, mental yang kuat dan akhlak yang baik adalah modal bagi generasi bangsa ini menyongsong masa depan lebih baik. Kunci utamanya terletak pada guru. Sistem pendidikan kita akan menghasilkan generasi yang cemerlang dengan profil guru  berkualitas yang mendidik dengan hatinya.

This Is The Oldest Page


EmoticonEmoticon